Kamis, 20 Mei 2021

Metode Ilmiah

Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah suatu proses atau cara berpikir ilmiah secara bertahap dan sistematis untuk memecahkan masalah.

Tahapan-tahapan dalam metode ilmiah, sebagai berikut:

1.    Merumuskan Masalah

Berawal dari kesadaran adanya masalah kemudian merumuskannya  dalam bentuk kalimat tanya sehingga memudahkan dalam mengumpulkan data, menganalisis, lalu membuat kesimpulan.

2.    Merumuskan Hipotesis
Dugaan atau jawaban sementara dari rumusan masalah yang membutuhkan pembuktian berdasarkan data yang tekag dianalisis. Kedudukan hipotesis sangatlah penting dalam berpikir ilmiah, sehingga kita dapat memilah data mana yang dibutuhkan dan data yang tidak dibutuhkan.

3.    Mengumpulkan Data
Tahap lapangan, mencari informasi sesuai dnegan hipotesis yang telah dirumuskan. Diterima atau ditolaknya hipotesis sangat bergantung pada data yang terkumpul.

4.    Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis bukanlah untuk membenarkan atau menyalahkannya, melainkan untuk menerima atau menolak hipotesis. Olehnya itu, kita perlu menetapkan taraf signifikansinya sebelum mengujinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang ditetapkan maka semakin tinggi pula derajat kepercayaan hasil penelitian kita.

5.    Merumuskan Simpulan
Simpulan yang dirumuskan harus berdasarkan masalah, menggunakan kalimat dekralatif yang singkat, padat, dan jelas.









Selasa, 10 Juni 2014

LANDASAN DANN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA


LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA

            Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Landasan-landasan pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia, dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan akan memberi corak khusus dalam penyelenggraraan pendidikan itu dan pada gilirannya memberi corak pada hasil-hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat Indonesia.
            Ada beberapa landasan pendidikan tersebut yaitu:
1.      Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu? Mengapa pendidikan itu diperlukan? Apa yang seharusnya menjadi tujuannya? dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat.
2.      Landasan sosiologis, sosilologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan yang raung lingkupnya meliputi empat bidang yaitu hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, hubungan kemanusiaan di sekolah, pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, dan sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
3.      Landasan kultural yakni kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan dengan melalui pendidikan. Baik kebudayaan yang berwujud ideal atau kelakuan dan teknologi, dapat diwjudkan melalui proses pendidikan.
4.      Landasan psikologis, pada umumnya terdapat beberapa pandangan tentang hakikat manusia ditinjau dari segi psikologis dalam kaitannya sengan pendidikan yakni strategi disposisional, terutama pandangan kontitusional dari Kretschmer dan Sheldon, memberikan tekanan pada peranan faktor hereditas dalam perkembangan manusia.
5.      Landasan ilmiah dan teknologi, pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang yang sangat erat. Seperti diketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran. Dengan kata lain, pendidikan sangat berperan penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.
            Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas yang member arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut diantaranya yaitu:
1.      Asas Tut Wuri Handayani yang merupakan inti dari sistem among dari Perguruan Nasional Taman siswa (didirikan 3 juli 1922). Asas tut wuri handayani dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsuf ahli bahasa) denagn menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing zmadya Mangun Karsa.
2.      Asas Belajar Sepanjang Hayat (life long learnig) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education).
3.      Asas Kemandirian Dalam Belajar yang berkaitan erat dengan asas tut wuri handayani dan belajar sepanjang hayat. Perwujudan asa kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain juga sebagai informatory, organisator, dan sebagainya.
Sumber : Prof. Dr. Umar Tirtaraharja dan La Sulo. Pengantar Pendidikan edisi revisi ke 4

Kamis, 29 Mei 2014

PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN


PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

A.     Pengertian Pendidikan
Dalam arti sederhana, pendidikan yang sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan lain. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang-orang dewasa agar ia menjadi dewasa (betanggung jawab) atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi  dalam arti mental yang diperoleh melalui pemahaman terhadap unsur-unsurnya.
1.      Batasan tentang pendidikan
Pendidikan sifatnya sangat kompleks sehingga tidak memiliki batasan dalam mengartikannya dan menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Ada beberapa batasan pendidikan pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya yaitu:
a.       Pendidikan sebagai proses transformasi budaya
b.      Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
c.       Pendidikan sebagai proses penyiapan warga Negara
d.      Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
e.       Definisi pendidikan menurut GBHN
2.      Tujuan dan proses pendidikan
Tujuan pendidikan bersifat abstrak, umum, ideal, dan kandungannnya sangat luas. Tujuan umum perlu dirinci sehingga menjadi tujuan yang lebih khusus dan terbatas agar mudah direalisasikan di dalam praktek.
a.       Fungsi tujuan bagi pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu pendidikan memiliki beberapa fungsi tujuan yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan, sebagai titik akhir, sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain dan mamberikan nilai pada usaha yang dilakukan.
b.      Tujuan pendidikan berdasarkan tingkatnya
Pada umumnya, tujuan pendidikan itu bertingkat-tingkat. Mulai dari tingkat paling atas yaitu tujuan pendidikan nasional sampai pada tingkat paling dasar atau pelaksanaan di kelas yaitu tujuan instruksional. Menurut tingkatnya, tujuan pendidikan itu tersusun sebagai berikut:
1.      Tujuan umum pendidikan nasional
2.      Tujuan institusional
3.      Tujuan kurikuler
4.      Tujuan instruksional
Tingkat-tingkat atau hierarki tujuan pendidikan dapat disusun dengan bagan sebagi berikut:
Tujuan umum pendidikan nasional
Tujuan pendidikan untuk semua jenis dan jenjang pendidikan: umu, kejuruan, dasar, menengah, tinggi, non-formal atau PLS
Tujuan institusional
Tujuan umum untuk: pendidikan dasar, pendidikan  menengah, pendidikan tinggi, PNF/PLS
Tujuan intruksional
Tujuan program pengajaran bidang studi tertentu pada kelas I, II, III, IV, V, VI SD, kelas I, II, III untuk SLTP dan SLTA.
                                               
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu segi kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling bergantung.
c.       Macam-macam tujuan pendidikan
Seorang ahli pendidikan Langeveld mengemukakan macam-macam tujuan pendidikan yaitu tujuan umum / akhir atau lengkap / total, tujuan khusus, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan insidentil, dan tujuan intermedier.
3.      Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan dalam arti sempit (mikro) adalah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.
Fungsi pendidikan secara makro (luas) adalah sebagai alat pengembangan pribadi, pengembangan warga negara, pengembangan kebudayaan, dan pengembangan bangsa.
4.      Pentingnya pendidikan
Pentingnya pendidikan dilihat dari beberapa aspek yaitu:
a.       Segi anak: anak adalah makhluk yang sedang tumbuh, oleh karena itu pendidikan penting sekali karena mulai sejak bayi belum dapat berbuat sesuatu untuk kepentingan dirinya.
b.      Segi orang tua: karena pendidikan dorongan orang tua yaitu hati nuraninya yang terdalam yang mempunyai sifat kordrati untuk mendidik anaknya baik dalam segi fisik, social, emosi, maupun intelegensinya.
5.      Konsep pendidikan sepanjang hayat (PSH)
PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses bersinambungan yang berlangsung sepanjang hidup. PSH bukan suatu sistem pendidikan yang berstruktur melainkan suatu prinsip yang menjadi dasar yang menjiwai seluruh organisasi sistem pendidikan yang ada.
6.      Kemandirian dalam belajar
Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut. Konsep kemandirian dalam sebagimana dikemukakan itu membawa implikasi kepada konsep pembelajaran, peranan pendidik khusunya guru dan peranan peserta didik.
7.      Peserta didik
Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas yang sama bisa memiliki profil materi pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada konteks yang mendorong perkembangan seseorang:
a.       Lingkungan dimana peserta belajar secara kebetulan dan kadang-kadang disini mereka belajar tidak berprogram.
b.      Lingkungan belajar dimana peserta didik belajar secara sengaja dan dikehendaki.
c.       Sekolah didik dimana peserta didik belajar mengikuti program yang ditetapkan.
d.      Lingkungan pendidikan optimal, di sekolah yang ideal dimana peserta dapat melakukan cara belajar siswa aktif (CBSA) sekaligus menghayati / mengimplikasikan nilai-nilai.
B.     Unsur-unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu peserta didik, pendidik, interaksi edukatif, tujuan pendidikan, materi/isi pendidikan, dan konteks yang mempengaruhi pendidikan.
Ciri atau unsur umum dalam pendidikan yaitu:
a.       Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai yaitu individu yang kemampuan-kemapuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, warga negara atau warga masyarakat.
b.      Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha-usaha yang disengaja dan berencana dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai.
c.       Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, pendidikan formal dan non-formal [ditjen Dikti, 1983 / 1984: 20].
C.     Pendidikan sebagai Sistem
1.      Pengertian sistem
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan integral dari sejumlah komponen dimana komponen-komponen tersebut saling berpengaruh satu sama lain dengan fungsinya masing-masing yang terarah pada pencapaian satu tujuan (yaitu tujuan dari sistem).
Jenis dalam sistem  pendidikan nasional terdiri dari pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, sedangkan jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi.
2.      Analisis sistem dalam pendidikan
Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah bahwa kita dipersyaratkan untuk berpikir secara sistematik, artinya kita harus memperhitungkan segebap komponen yang terlibat dalam masalah pendidikan yang akan dipecahkan.
3.      Keterkaitan antara pengajaran dan pendidikan
a.       Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain, masing-masing saling mengisi.
b.      Pembedaan dilakukan hanya   untuk kepentingan analisis agar masing-masing dapat dipahami lebih baik.
c.       Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan membentuk wadah, sedang pengajaran mengusahakan isinya.
4.      Pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan sebagai sebuah sistem
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon pekerja dalam bidang tetentu dalam peeriode waktu tertentu sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan kepada orang-orang yang telah bekerja berupa penataran, kurus-kursus, dan lain-lain.

5.      Pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai sebuah sistem
Pendidikan formal, non-formal, dan informal dapat dibedakan tetapi sulit dipisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumber daya sangat tergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Ubiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sahabuddin. 2007. Belajar dan Mengajar. Makassar: Badan penerbit UNM
Tirtaraharja, Umar dan La Sulo. 2010. Pengantar Pendidikan. Makassar: Badan penerbit UNM

Senin, 26 Mei 2014

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN



LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA






Oleh :
FITRIANI N
124104103


JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2012


LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA


A.    Landasan Pendidikan
Pendidikan dilaksanakan berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat termasuk di Indonesia. Kajian ketiga landasan itu (fisolofis, sosiologis, dan kultural) akan membeali setiap tenaga kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
1.      Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu? Mengapa pendidikan itu diperlukan? Apa yang seharusnya menjadi tujuannya? Dan sebagainya.
a.       Pengertian tentang landasan filosofis
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu. Namun, terdapat berbagai pandangan filosofis tentang manusia dan alirannya.  Filsafat sangat bervariasi bahkan kadang-kadang bertentangan.
Ada empat mazhab filsafat pendidikan yang pengaruhnya besar dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan, yaitu:
1)      Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara eklektis.
2)      Perenialisme  memiliki persamaan dengan esensialisme, uzyakni keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang pokok-pokok (subject centered).
3)      Pragmatisme dan progresivisme
4)      Rekonstruksionisme merupakan suatu kelanjutan yang logis dari cara berfikir progresif dalam pendidikan.

b.      Pancasila sebagai landasan filosofis system pendidikan nasional
Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segal sumber nilai yang menjadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan, dengan kata lain: Pancasila sebagai sumber system nilai dalam pendidikan.
2.      Landasan sosiologis
a.       Pengertian tentang landasan sosiologis
Sosilologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan yang raung lingkupnya meliputi empat bidang yaitu hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, hubungan kemanusiaan di sekolah, pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, dan sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b.      Masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologis sistem pendidikan nasional (Sisdiknas)
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama yang pada umumnya bertempat tinggal di wilayah yang sama dan memiliki kepentingan bersama.
3.      Landasan kultural
a.       Pengertian tentang landasan kultural
Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan dengan melalui pendidikan. Baik kebudayaan yang berwujud ideal atau kelakuan dan teknologi, dapat diwjudkan melalui proses pendidikan.
b.      Kebudayaan nasional sebagai landasan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas)
Kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas bhinneka tunggal ika.
4.      Landasan psikologis
Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar. Terdapat beberapa pandangan tentang hakikat manusia ditinjau dari segi psikologis dalam kaitannya sengan pendidikan yakni strategi disposisional, terutama pandangan kontitusional dari Kretschmer dan Sheldon, memberikan tekana pada peranan faktor hereditas dalam perkembangan manusia.
a.       Pengertian tentang landasan psikologis
Kajian psikologis memiliki hubungan erat dengan pendidikan yang berkaitan dengan kecerdasan, berfikir, dan belajar. Kecerdasan umum (intelligensi) ataupun kecerdasan dalam bidang tertentu (bakat) banyak dipengaruhi oleh kemamnpuan potensial, namun kemampuan potensial itu hanya akan aktual apabila dikembangkan dalam situasi yang kondusif yang akan terbentuk karena adanya pengalaman. Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai belal dasar untuk memahami peserta didik dan untuk menentukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efisien dan efektif.
Terdapat dua hal tentang kepribadian yang penting ditinjau dari konteks perkembangan kepribadian, yakni:
a). teintegrasinya seluruh kompoonen kepribadian ke dalam struktur yang terorganisir secara sistematik.
b). terjadinya pola-pola tingkah laku yang konsisten dalam menghadapi lingkungannya.
5.      Landasan ilmiah dan teknologi
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang yang sangat erat. Seperti diketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran. Dengan kata lain, pendidikan sangat berperan penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.
a.       Pengertian tentang  ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi ontologis, epistemologis, dan aksiologis secara konsekuen dan penuh disiplin. Istilah ilmu atau ilmu pengetahuan dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh informasi serta manfaat dari informasi itu. Ketiga sisi ilmu pengetahuan ini seharusnya mendapat perhatian yang proporsional di dalam bahan ajar. Dengan demikian, pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan iptek tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar iptek dan juga pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b.      Perkembangan iptek sebagai landasan ilmiah
Pada umumnya, pengembangan dan pemanfaatan iptek ditempuh rangkaian kegiatan yakni penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi, dan penerapan teknologi, serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-religius. Langkah terakhir diperlukan untuk menentukan apakah hasil iptek itu dapat diterima oleh masyarakat dan dampaknya juga perlu diperhatikan.
B.     Asas-asas Pokok Pendidikan
1.      Asas tut wuri handayani
Tut wuri handayani  merupakan inti dari sistem among dari Perguruan Nasional Taman siswa (didirikan 3 juli 1922). Asas tut wuri handayani dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsuf ahli bahasa) denagn menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing zmadya Mangun Karsa.
2.      Asas belajar sepanjang hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learnig) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education).
3.      Asas kemandirian dalam belajar
Asas kemandirian berkaitan erat dengan asas tut wuri handayani dan belajar sepanjang hayat. Perwujudan asa kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain juga sebagai informatory, organisator, dan sebagainya.
Terdapat beberapa strategi belajar mengajar yang dapat member peluang pengembangan kemandirian dalam belajar. Cara belajar aktif merupakan peluang untuk itu. Di samping itu, ada beberapa jenis lainnya dalam kegiatan belajar mandiri seperti belajar melalui modul, paket belajar, pengajaran berprogram, dan sebagainya.

  

DAFTAR PUSTAKA

Tirtaraharja, Umar dan La Sulo. 2010. Pengantar Pendidikan. Makassar: Badan penerbit UNM